Mom Citra dan saya sudah lama berteman di Facebook, ternyata add sejak jaman saya masih rajin blogging dulu. Baru ketemuan ya kemarin itu. Mendadak dan kebetulan momentnya pas, jadi saya mengiyakan permintaan buat jadi MC acaranya. Yang butuh MC buat acara semi formal dan formal Bandung dan sekitarnya bisa hubungi saya juga lho *lah malah iklan* 😆
Speaking of Ibu Elly Risman, saya baru sekali bertemu langsung. Biasanya hanya baca di FB saja. It really was such an honor to be on the same stage with her. Awalnya agak deg-deg an juga karena panitia bilang kalau sama beliau jangan banyak bercanda. Jangan banyak basa basi, to the point aja. I mean, come on.. masa iya sih? 😆
Ibu Elly ternyata hampir batal mengisi acara karena kondisi sedang tidak fit. Tapi ternyata akhirnya beliau datang dan membawa rekan untuk menggantikan membawakan materi in case ga sanggup, tapi ternyata semangat Ibu Elly Risman buat berbagi ilmu pada anak-anaknya, orang tua muda yang hadir, cukup buat jadi tenaga membawakan materi sampai selesai. Salut banget, Bu!
Jadi karena catatan saya hilang, dan sebetulnya Bu Elly lebih banyak menggunakan contoh kasus, ini adalah point yang paling saya ingat yaaa…
Sebetulnya kenapa diperlukan tujuan pengasuhan?
Contoh kasus? Film Bokep Gratis di Videotron. Hampir 1 jam datang dan pergi tayangan video porno. Ada adegan oral sex pula. Terbukti ada anak kecil yang sukses bertanya pada orang tuanya, “Mama itu kenapa dijilat”. Sakitttt rasanya dan itu yang membuat ibu Elly tambah drop kondisi fisiknya karena kemarahan pada kejadian tersebut 😦
Pada sebuah seminar yang diadakan di satu hotel, ada sepasang suami istri yang sama-sama bekerja di hotel tersebut yang duduk mendekati Ibu Elly Risman dan bertanya harus bagaimana dengan anak mereka. Memang anaknya kenapa?. Anak berusia baru 4 tahun selfie alat kelaminnya dengan 4 pose. Bayangkan. ANAK 4 TAHUN 4 POSE SELFIE ALAT KELAMIN! Sang anak memang dibelikan smart phone oleh orang tua dan sehari-hari diasuh oleh pembantu.
Apa yang dilakukan? Apakah sudah diselidiki ke pengasuh anak tersebut? Belum, katanya. Karena kami tidak bisa berbuat apa-apa. Kami sama-sama bekerja dan memang harus menitipkan anak pada pengasuh.
Bahkan saat bercerita soal ini raut muka Ibu Elly terlihat marah. Akhirnya beliau bertanya pada pasangan tersebut apakah mereka mempertimbangkan untuk full time ada di rumah buat anak, salah satu dari mereka? “Justru itu Bu.. Kami sedang bingung. Kalau buat resign rasanya ga mungkin“.
“Saya berdiri saat itu juga dan berkata sampai disini dulu saja pembahasan ini. Kalau mau lebih lanjut silakan dilakukan di ruang praktek saya. Andaikan saja mereka bilang bahwa mereka mempertimbangkan untuk resign, saya masih akan melanjutkan diskusi saat itu. Tapi kalau tidak, maka percuma”, cerita Bu Elly dengan raut muka yang terlihat marah dan terganggu.
Kenapa lalu Ibu Elly marah dan pergi meninggalkan pasangan tersebut yang jelas butuh untuk dibantu harus bagaimana menghadapi anaknya?
Karena mereka tidak mau membantu dirinya sendiri.
Ibu Elly adalah penganut paham bahwa pada usia 0-7 tahun salah seorang dari orang tua harus ada di rumah. Siapa yang gajinya lebih kecil diharapkan mengalah dan berhenti bekerja untuk mengasuh anak. Terutama bagi ibu di usia anak 0-2 tahun.
Satu hal yang juga saya pelajari dari Dr. Tiwi di kelas #BREASTFEEDING911 (yang belum juga ditulis apa yang dipelajari sampai hari ini) bahwa ada kekeliruan massal tentang MENYUSUI. Dalam bahasa Inggris mungkin akan lebih jelas artinya secara harfiah, breastfeeding, memberi makan (minum) lewat dada.
Iya. Menyusui itu soal perlekatan. Bukan hanya soal memberi minum bayi saja. Makanya baik Dr Tiwi maupun Ibu Elly Risman sepakat rasanya dalam hal ini bahwa ASI perah tidak sama dengan menyusui secara langsung. Esensi penting dari menyusui bukan hanya di ASI nya. Yang penting adalah MENYUSUI bukan MEMBERI ASI.
Itulah kenapa di masa Rasulullah ada ibu susu. Mencari pengganti untuk menyusui yang harus dibayar dengan layak, seperti yang tertulis di Quran Surat At-Thalaq ayat 6.
Selain itu, anak 4 tahun memang sudah bisa mengoperasikan gadget sendiri mungkin. Tapi bisa berfoto alat kelamin dengan 4 gaya apakah tidak curiga kepada pengasuhnya?
Kenapa tidak diselidiki? Ini bukankah sudah termasuk dalam kasus kriminal pornografi kalau begini? Anak sudah terpapar pornografi dan orang tua tidak mau meluangkan waktu buat anak? Akan sulit buat dibantu.
Berbeda pengasuh selain orang tua akan menimbulkan kebingungan bagi anak. Karena usia 0-7 tahun adalah waktu anak mengidentifikasikan dirinya.
Berhubungan dengan fitrahnya, seorang anak lelaki harus dekat dengan ayah, sebaliknya anak perempuan harus dekat dengan ibu.
Jangan berbicara dengan suara bernada tinggi pada anak usia 0-7 tahun, sebagaimana berbicara dengan orang tua yang kakek nenek, rendahkanlah suara saat berbicara pada mereka. Jangan berteriak. Terutama saat nanti anak memasuki usia praremaja, apalagi anak laki-laki. Jangan memanggil dengan berteriak sampai capek sendiri, tapi hampiri dan tepuk bahunya. Remaja lelaki itu BUDEG 😆
Anak usia 0-7 tahun akan belajar dengan cepat menggunakan metode 3B. Bermain – Bernyanyi – Bercerita. Biasakan untuk memiliki waktu bermain bersama dengan anak.
Ajarkan agama dengan cara yang menyenangkan. Bercerita sebelum tidur, ceritakan shiroh.
Ajarkan tentang Allah dan bahwa semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah.
Mendidik anak di usia 0-7 tahun memang melelahkan. Menguras waktu dan tenaga. Kenapa kita bisa marah dan tidak sabar pada anak kecil?
Pengalaman pribadi saya juga nih anak baru mau 3 tahun kadang di awal bicara manisss banget.. niat tiap hari ga mau marah sama anak.. tapi kadang kelepasan juga ngomel atau membentak duh!
Ternyata itu kadang terjadi karena kondisi fisik dan emosi berbanding terbalik. Saat tidak lelah dan tidak memikirkan banyak kerjaan rumah atau kerjaan kantor buat yang bekerja, tentu level emosi berada di bawah, karena fisik masih prima. Ketika mulai lelah, emosi meningkat, lebih sulit buat sabar, makanya lebih mudah buat marah.
Karenanya Moms.. dan Dads juga.. kalau anak masih kecil dan rumah berantakan, ga perlulah terobsesi rumah harus rapi terus menerus. Apalagi kalau memang ga ada ART. Hampir seperti mimpi. IBu terutama butuh tenaga optimal buat mengasuh anak. Kalau bisa, delegasikan saja tugas rumah pada ART. Kalau ga bisa? Tolonglah para bapak untuk bantu meringankan tugas ibu. Tidak perlu terlalu heboh tiap rumah berantakan. Rumah sendiri kok. Yang berantakin anak sendiri. Biarkan saja. Kalau mampu buat katering dan menghilangkan waktu memasak, lakukan! Nanti usia 7-10 tahun baru kembali ke dapur terutama bagi yang punya anak perempuan dan ajak mereka untuk belajar.
Tapi ga juga lalu sudah mah ada ART, ga pernah masak, ga kerja kantoran, eh sibuk bersosialisasi dan anak tetap saja ditinggal sama pengasuh yaaaa.
Bagaimana ada orang yang di lingkungan kerja maupun lingkungan pergaulan supel, baik, ramah, tapi ketika pulang dan dihadapkan pada keluarganya malah menjadi orang yang berbeda? Mudah marah.. Tidak sabar.. Menuntut dan membentak pada anak.
Inilah juga kenapa sebetulnya diperlukan persiapan pernikahan yang matang. Bahwa salah satu yang harus dipertimbangkan saat memilih pasangan hidup adalah melihat bagaimana pola asuhnya di keluarga saat kecil dulu. Karena hal ini akan sangat berpengaruh dan membentuk karakter seseorang, berhubungan dengan tingkah lakunya dan cara menghadapi masalah. Bagaimana dia diperlakukan saat kecil, akan berpengaruh pada bagaimana ia berperilaku saat dewasa.
Kadang kekecewaan, atau kemarahan, atau kesedihan yang kita alami saat kanak-kanak, kita pendam. Pendam, tidak dibahas hingga seperti mati rasa, tapi terpicu ketika menjadi suami atau istri dan orang tua. Mungkin dulu kita sering dikecewakan oleh orang tua. Jangan salah, mungkin mereka pun dulu dididik sedemikian rupa oleh kakek nenek kita sehingga melanjutkan pola pengasuhan yang sama pada kita. Disini, saya mulai mengingat kenapa makin kesini sebagai ibu saya sering berperilaku sama seperti mama, dan bahkan papa saya.
Betapa papa saya dulu sering sekali menggunakan kalimat menuduh saat bertanya tentang sesuatu seperti, “Kamu ya yang mindahin barang papa ini?” atau “Kamu kan yang ambil uang disini?”. Betapa saya benci dan tidak suka pada kalimat-kalimat tuduhan seperti itu, tapi sekarang tanpa disadari saya sering sekali bertengkar dengan suami karena saya bertanya apa-apa selalu dengan kalimat menuduh, bukan bertanya. Dan suami saya yang mungkin juga dibesarkan dengan cara yang berbeda sering tidak terima, lalu bertengkarlah kami.
Jangan lupa.. YOUR WORDS SHAPE YOUR CHILDREN WORLDS. Ibu Elly sudah menulis satu posting jelas sekali tentang ini di FB Page nya. Garis besarnya adalah bahwa jangan berkata jelek pada anak, apalagi tentang masa depan anak. Karena sangat besar kemungkinannya itu akan menjadi nyata. Saya mulai berkaca-kaca disini. Believe it or not, meskipun mungkin saya sekarang bisa mengerti ada sebabnya untuk setiap perlakuan Mama yang sangat saya sayangi, dulu sering sekali bilang di banyak saat, “Liat aja nanti! Idup kami pasti keblangsak!” 😥 Ah..
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” [QS At Taghabun:14,15]
Mendidik anak, menjadi suami ataupun istri, kadang terasa begitu berat. Mengingat masa lalu dan berhadapan dengan inner child pun seperti membuka luka lama dan kekecewaan pada orang tua. Hal yang terbaik yang bisa kita lakukan adalah MMA. Sesuai dengan ayat di atas. Maafkan, Tidak Marah, dan Mintakan Ampun bagi mereka. Baik dengan anak, terutama anak usia 0-14 tahun, maupun kepada orang tua yang tidak mungkin kini kita salahkan untuk apapun yang terjadi pada kehidupan kita, karena sekali lagi tidak akan ada ujungnya, orang tua kita pun dulu adalah anak yang diasuh oleh kakek nenek kita. Maafkan. Jangan Marah. Dan Mintakan Ampun pada Allah supaya anak bisa berubah.. tidak menjadi musuh.. tidak menjadi cobaan.. tidak terucap kalimat yang malah membentuk anak sedemikian rupa.. tidak membentak… juga supaya orang tua yang sedemikian rupa membentuk inner child kita mungkin dulu pernah mengucapkan kalimat-kalimat yang ternyata menjadi pemberat bagi kehidupan kita saat ini diampunkan demikian juga kesalahan kita yang telah lalu.
Lalu ibu Elly Risman mengajarkan kami satu teknik Hand Cataleptyc (maafkan kalau salah penulisan, karena lupa2 ingat hiks), dilakukan pada saat tubuh dan hati dalam keadaan tenang dan fokus, seperti ketika habis berdzikir selepas sholat.. dilanjutkan dengan mengangkat tangan kanan dan letakkan di hadapan dada sambil berkata,
“Wahai tangan, saya ijinkan kamu untuk menjadi perantara, mengambil semua hal buruk yang terjadi di masa lalu dan membuangnya untuk membersihkan diri”.
Lalu melakukan gerakan mengebaskan tangan ke depan dengan kencang seperti telah mengambil sesuatu yang mencampakkannya jauh-jauh. Buang semua. Perasaan sakit hati. Kalimat-kalimat yang pernah diucapkan orang tua dulu. Buang semua jangan bersisa.
Dan, menangislah saya. Menangis tanpa bisa ditahan. Ampun malu-maluinnya.. Padahal MC/Moderator. Duduk di samping Ibu Elly. Sampai ketika Ibu Elly Risman selesai menjelaskan dan memberi panduan tentang membuang semua energi negatif ini beliau menghampiri saya dan bilang, “Sini Ibu peluk, Nak..” 😥 Makin derasssss. Ga boleh lama-lama tapi yaaa.. Masih panjang acaranya 😆
Ini daritadi udah panjang belum juga masuk ya ke materi intinya hehe.
ADA 7 POINT TUJUAN PENGASUHAN.
Tujuan pengasuhan yang pertama adalah “Menjadikan Anak Hamba Allah Yang Bertakwa”.
I know, mungkin sepertinya seakan Ibu Elly hanya berbicara kepada orangtua Muslim saja, ditambah dengan dukungan dalil dari Al-Quran. Tapi sebenarnya tidak. Semua agama pasti memiliki wujud Tuhan. Yang ditaati perintahnya dan dijauhi larangannya, yang ditakuti.
Seseorang yang takut pada Tuhan, akan menjaga tingkah lakunya di dunia, termasuk juga anak yang kelak akan menjadi manusia dewasa.
Bagaimana caranya?
Apakah perlu kedua orang tua yang melakukan ini?
Akan lebih baik bila sudah terjadi pembagian tugas sebelumnya. Karena anak adalah tanggung jawab ayah dan ibu bukan hanya satu pihak saja.
Apakah Ayah yang akan mendidik soal Dunia kepada anak?
Apakah Ibu yang akan mendidik anak untuk kepentingan Akhiratnya?
Atau sebaliknya?
Bagilah tugas dan konsisten terhadapnya.
Buatlah batasan untuk anak. Bukan untuk mengekang.
Ibaratnya begini. Saat kita mau menyebrang di jembatan Suramadu naik mobil, eh kanan kiri pagar pembatas jembatannya rusak. Sementara dari arah berlawanan ada truk besar yang mau lewat. Apa yang kita rasakan? Takut? Deg-degan? Insecure?
Yes! Batasan dari orang tua tujuannya adalah memberikan rasa AMAN pada anak. Batasan yang seperti apa? Batasan yang sesuai dengan ajaran agama tentunya.
Mendidik anak untuk menjadi hamba Allah yang beriman dan bertakwa adalah tujuan pengasuhan yang paling utama.
Tujuan pengasuhan kedua adalah didik anak untuk menjadi Calon Suami atau Calon Istri yang baik.
Tingkat perceraian kian tahun kian meningkat. Sebab utamanya: Selingkuh, Ketidakharmonisan dan Faktor Ekonomi.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS An-Nisa ayat 34)
Anak laki-laki dan anak perempuan memiliki fitrah yang berbeda. Anak laki-laki terutama adalah calon kepala rumah tangga dan pemberi nafkah bagi istrinya.
Nafkah itu berupa tiga macam: Uang, Makanan dan Pakaian. Semuanya seharusnya SIAP GUNA.
Maka ajari anak lelaki sejak kecil kemampuan memasak sederhana. Bukan untuk jadi koki handal. Minimal saat kelak punya istri dan istrinya sakit dia bisa membantu meringankan tugas istri menyiapkan makanan.
Cucu Ibu Elly sejak usia 7 tahun sudah diajari memasak. Masak Nutrijell. Minimal kelak saat istri sakit bisa bikin cemilan buat istrinya 😀
“dan hendaklah kamu tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias, dan bertingkah-laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait, dan membersihkan (dosa) kamu sebersih-bersihnya.” – (QS.33:33)
Anak perempuan, bukan hanya ajarkan tentang kemampuan memasak dan keahlian rumah tangga lainnya. Ajarkan pada anak perempuan kelak bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda. Lelaki hanya bisa mengucapkan 7ribuan kata perhari sementara perempuan diberkahi dengan 22ribu.
Berhubungan juga dengan mengenali diri sendiri dan pasangan di atas, jangan lupa untuk titipkan pada anak untuk tahu tentang pola pengasuhan calon istri ataupun suami.
Apakah seiring sejalan? Kalau Ibu Elly yang pertama ditanya pada calon menantu laki-laki adalah: “Apakah bisa menyolatkan jenazah?”. Wow. Sementara jaman sekarang pertanyaan custom adalah: “Kerjanya apa?” 😆
Tujuan pengasuhan yang ketiga adalah mempersiapkan anak untuk menjadi Calon Ayah atau Calon Ibu yang baik.
Paling utama adalah: JANGAN BERTENGKAR DI DEPAN ANAK. PR bner 😳
Pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan itu berbeda. Bagaimanapun kelak tetap laki-laki yang akan menjadi kepala keluarga. Selalu ajarkan dengan contoh.
Menurut data, seorang Ayah yang bekerja hanya punya waktu bicara 10 menit dengan anaknya. Latihlah anak lelaki untuk belajar berdiskusi dengan Ayah. Luangkan waktu.
Ajari anak berkebun, menukang, memperbaiki atap rumah, otomotif dan lain sebagainya yang harus dimiliki kemampuan basicnya sebagai pemimpin di rumah kelak.
Ajarkan anak tentang kejujuran. Karena yang paling penting adalah menghidupi keluarga dengan rejeki yang HALAL. Tidak apa-apa tidak memiliki banyak materi, selama semua yang didapat adalah dari jalan yang benar dan berkah.
Ajarkan anak perempuan memasuki usia 7-14 tahun untuk bisa mengurus rumah dan masak di dapur. Itu adalah pengetahuan basic yang harus dimiliki oleh anak perempuan.
Ibu Elly bercerita tentang ketika beliau tinggal di Florida dan tidak bisa mencari pekerjaan apapun padahal di Indonesia sudah punya banyak sekali CV dan prestasi, hanya karena memakai jilbab. Tapi dengan menjahit dan berbisnis kuliner, Ibu Elly bisa membantu suami dan mengajarkan pada anak untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dimanapun kita berada.
Tujuan pengasuhan yang keempat adalah ajarkan anak untuk menjadi profesional dengan ilmu dan keahlian yang mumpuni.
Ini sih tidak perlu terlalu banyak dibahas ya, karena bukankah selama ini point inilah yang umumnya jadi tujuan utama orang tua jaman sekarang? Les ini itu. Sekolah ini itu. Memang penting untuk kehidupan anak, tapi jangan sampai inilah yang menjadi fokus tujuan pengasuhan.
Untuk anak perempuan dan laki-laki, empat point utama tujuan pengasuhan sama. 3 Point selanjutnya memang lebih berfokus bagi anak laki-laki.
Tujuan pengasuhan yang kelima yaitu anak laki-laki kelak menjadi pendidik bagi istri dan anak.
Ajarkan kepada anak laki-laki melalui contoh. Tentunya harus oleh Ayah. Inilah kenapa ayah harus ada dalam kehidupan anak.
Ketiadaan sosok ayah dalam hidup anak lelaki berujung pada Kenakalan, Narkoba dan Seks Bebas.
Ketiadaan sosok ayah dalam hidup anak perempuan berujung pada Seks Bebas dan Depresi.
Saya langsung teringat pada sosok AwKarin yang saat ini sedang happening sekali. Sering banget dibahas bahwa Awkarin itu padahal ibunya pakai jilbab, ayahnya kelihatannya orang baik-baik. Anaknya kok bejad begitu?
Ada yang penasaran ga sih bagaimana pola pengasuhan dan pola komunikasi orang tuanya pada si anak sampai si anak bisa berkembang menjadi dirinya yang sekarang?
Tentu, anak yang sudah akil baligh menanggung dosanya sendiri, tapi apa yang dibawanya dari rumah yang akan menentukan pola hidupnya ke depan. Syukur-syukur beberapa tahun dari sekarang memasuki usia 20an berubah menjadi lebih mengenal diri sendiri dan meninggalkan kehidupan bebas, liar B.A.D. nya sekarang. Tapi tidak semua orang dapat hidayah untuk hijrah kepada kebaikan begitu saja kadang.
Tujuan pengasuhan yang keenam yaitu untuk menjadi pengayom dan pengabdi bagi keluarga.
Seorang anak lelaki kelak sekalipun telah menjadi suami dan ayah tetaplah seorang anak yang harus mengabdi kepada kedua orang tuanya. Siapa yang kelak akan memandikan dan mensholatkan orang tua ketika meninggal kalau bukan anak lelaki sendiri? Atau menantu laki-laki.
Kemarin saat seminar ibu Elly Risman datang didampingi Ibu Wulan (maaf saya lupa nama lengkapnya), untuk jaga-jaga kalau Ibu Elly ternyata sakit dan tidak mampu melanjutkan materi. Qadarullah, sampai selesai pun tetap dibawakan oleh Bu Elly. Tapi Ibu Wulan ini sendiri ternyata punya kisahnya yang inspiratif sekali.
Beberapa waktu lalu suami Ibu Wulan berangkat bekerja seperti biasa, tetapi pulang dalam keadaan meninggal dunia. Tidak sakit tidak apa, tidak ada tanda-tanda. Karena yang namanya mati memang tidak pakai ijin. Dalam keadaan demikian sang anak yang masih berusia 14 tahun maju dan berkata bahwa ialah anak lelaki di keluarga ini, dan ia yang bertanggung jawab atas keluarganya, maka ia yang akan memandikan dan menyolatkan sang Ayah. Masya Allah. Sambil menangis ibu Elly bercerita soal anak ini. Betapa banyak orang tua yang anaknya sekolah tinggi bahkan keluar negeri, tapi ketika meninggal anaknya tidak mengerti soal prosesi jenazah?
Tugas kitalah sebagai orang tua untuk mendidik anak lelaki kita untuk jadi demikian kan?
Tujuan pengasuhan yang ketujuh adalah ajarkan anak kita untuk jadi manusia bermanfaat bagi orang lain, sebagai pendakwah.
Jadikan anak kita sebagai bibit baik di kehidupan yang makin canggih. Yang tetap menyebarkan nilai-nilai Islami, jauh dari gaya hidup seperti korupsi dan sebagainya. Untuk menjadi abdi negara yang jujur dan kompeten.
—
Masuk ke sesi tanya jawab, jujur saya sudah ga sama skali fokus di sesi tanya jawab ini. Karena mau siap-siap bagi-bagi hadiah lah, tanda terima kasih lah 😆
Satu pertanyaan pertama aja yang sangat saya ingat ketika ada yang bertanya bagaimana kalau kita sudah punya tujuan pengasuhan tapi saat anak berada bareng kakek-neneknya jadi berbeda lagi?
Kata Ibu Elly Risman:
“Jangan titipkan ya nak sama kami. Kami ini ga bisa merawat anak-anak kalian lagi. Masa kami sudah sukses membesarkan kalian sampai sebesar ini dan masih harus juga membesarkan anak kalian? Kami ini sudah tua. OSTEOPOROSIS! Berat beban kami jika masih harus juga merawat cucu setiap hari. Kalaupun ada keinginan kami yang berbeda dengan kalian, jangan berbicara dengan marah-marah pada kami. Kami mudah untuk sakit hati. Berbicaralah dengan nada suara pelan. Dengan bertanya. Kami akan lebih bisa menerima.”
So the point is: ENAK AJA NITIPIN ANAK SAMA KAKEK NENEKNYA! MENURUT LOE!? 😆 Btw Ibu Elly Risman memang suka membahasakan Loe-Gue pada audiens. Kewl, Ibu!
—
So, Moms and Dads.. Sudahkah merumuskan bareng pasangan tujuan pengasuhan anak? Jujur saya sih belum hehe. Awalnya mungkin akan canggung yah. Apaan sih ngobrolnya kok berat gini 😆 Tapi rasanya sudah waktunya dilakukan ya..
Insya Allah next post saya akan share tentang INNER CHILD lebih banyak lagi. Perlu waktu tersendiri. Bisa sambil mewek soalnya 😆
—
Eh iya, kapan waktu terbaik berdiskusi dengan suami menurut Ibu Elly? AFTER SEX.
Usahakan jangan terlalu banyak kata dan langsung pada intinya. Ah.. MARILAH! 😀
“Allah menitipkan anak kepada kita, jangan kembalikan dalam keadaan bonyok, terutama BONYOK JIWANYA!!” – Ibu Elly Risman.
(QS.28:68, QS 42:49-50, QS 8:27-28)
0 comments:
Post a Comment
Feel Free To Leave Some Traces :D