Bagaimana supaya yakin bahwa seseorang layak dijadikan pasangan hidup? Tentunya kita akan mencari orang yang benar-benar mencintai kita ya? Tapi bagaimana kita menguji apakah seseorang benar-benar mencintai kita dan cocok menjadi pasangan hidup?
Ada sebuah tes mengenai cinta dan kesiapan pernikahan dari Charlie W. Shedd dalam bukunya How to Know if You’re Really in Love yang dimuat juga di Reader’s Digest.
Banyak pendapat yang berbeda beda buat mendefinisikan apa itu cinta. Saya sendiri punya pandangan saya sendiri tentang apa itu cinta. Anda juga pastinya demikian. Karena ini bukanlah pertanyaan dengan jawaban yang bisa dinilai, karena sifatnya subjektif. Objek cinta juga tentunya bisa siapa saja, tidak terbatas pada seorang lelaki atau seorang perempuan bagi satu orang, setiap orang dan segala benda bahkan punya kesempatan yang sama buat jadi objek cinta.
Namun satu hal yang mutlak ada dalam cinta, bukan wajib ada, tapi mutlak ada karena memang demikian adanya selalu ada, adalah penyatuan dua manusia yang saling mencinta dalam satu ikatan yang dinamakan pernikahan.
Berbeda beda pula alasan dan pertimbangan tiap orang sebelum akhirnya berani memutuskan buat menikah. Karena jangan salah, menikah tidak pernah mudah! Salah satu yang jadi bahan pemikiran mungkin adalah, apakah saya mencintainya dan apakah dia mencintai saya?. Serealistis apapun orang coba menjadi dalam kehidupan, angan dan keinginan untuk dicinta dan mencinta sudah pasti ada. Tidak mungkin tidak ada. Lalu membicarakan tentang cinta sebelum melangkah pada pernikahan? Tes tes di bawah ini mungkin bisa jadi pertimbangan
- Tes Kemerdekaan (The Liberty Test)
Apakah anda saling mendukung dengan pasangan untuk tetap memiliki kegiatan sendiri, memiliki teman sendiri tanpa perlu sama dengan teman teman anda, dan saling merasa bebas sebagai individu? Letak kebesaran cinta adalah menciptakan ruang kebebasan bagi diri sendiri dan pasangan. Menyediakan peluang bagi kedua belah pihak untung mengembangkan kemandirian yang sehat (a healthy independence). Mengutip sedikit dari Kahlil Gibran dengan kalimatnya yang tersohor: biarkan terdapat jarak dalam kebersamaan anda itu
- Tes Tidak Mementingkan Diri Sendiri (The Unselfishness Test)
Dalam suatu perkawinan yang baik, semangat yang harus ada bukanlah “Apa yang akan kamu lakukan untukku” melainkan “Apa yang dapat kulakukan untukmu?”. Dan cinta yang tidak mementingkan diri sendiri adalah cinta yang dapat berkata “Aku mencintaimu karena dirimu, seperti kau adanya”. Bukan hanya dengan kata kata tapi juga dibuktikan dengan perbuatan. Banyak sekali hal sederhana yang bisa diungkapkan dan dinyatakan pada pasangan untuk menunjukkan ke-tidak mementingkan diri sendiri-an.
- Tes Maaf Memaafkan (The Mercy-Apology Tes)
Apakah anda sudah mampu buat menahan diri tidak mengkritik berlebihan pada pasangan dan sudi untuk mengakui kesalahan anda? Dalam buku Love Story dinyatakan Cinta dalam cara caranya tidak pernah menganjurkan pernyataan seperti kaulah yang memina maaf karena hal itu hanya untuk cinta yang palsu saja. Kalimat ajaib seperti Saya minta maaf atau Ya, saya mengaku saya yang salah adalah hal sederhana yang perlu diusahakan dalam awetnya sebuah cinta. Seni meminta maaf adalah suatu yang sederhana yakni kesediaan mengakui kesalahan, menyesali kesalahan kesalahan dan mengucapkannya juga.
- Tes Mengenai Sex (The Sex Tes)
Apakah anda peka terhadap kebutuhan kebutuhan seks pasangan anda? Memang kebutuhan seks untuk dua jenis kelamin yang berbeda pada umumnya tidak sama, namun dalam cinta dituntut adanya pengertian dan kompromi dalam mengatasi kebutuhan yang berbeda dan bisa mengakomodasinya dengan baik. Yang penting untuk dilakukan adalah Membuat perundingan berbagai bentuk yang diinginkan untuk membicarakan tentang kerukunan dan rasa damai yang terinti (inner peace) itu
*tambahan bahwa dari hasil penelitian seorang teman, bahwa dalam kebahagian perkawinan, factor pertama yang mempengaruhi justru adalah intimacy.
- Tes tentang Keuangan (The Money Test)
Sudah tidak diragukan lagi bahwa yang namanya uang ini bisa menjadi pemersatu dua orang yang menganut filsafat “bersama” (a common philosophy) tentang pendapatan/gaji, menabung dan juga pembelanjaan, tapi bisa juga jadi pemecah belah! Sepasang suami istri harus bisa dengan terbuka menyatakan pendapat dan keinginannya seputar penggunaan uang dan segala hal yang berhubungan dengan uang dengan kepala dingin.
*dalam hubungan berpacaran, rasanya kalau belum mampu membicarakan permasalah finansial pada pasangannya, maka masih belum bisa dibilang siap untuk sampai ke tahap yang lebih jauh, karena uang dengan kesensitifannya adalah merupakan bahan ujian dalam sebuah hubungan.
Nah, kalau seseorang menjawab “Ya” atau menyatakan kesanggupan pada lima hal yang tadi disebutkan, maka insya Allah sudah siap untuk menjalani hubungan suami-istri yang matang. Tapi kalau menjawab “Ya” nya masih dengan berat hati terhadap beberapa pertanyaan yang juga pernyataan, its time to work things out! Masih ada waktu buat memperbaiki segala sesuatu.
0 comments:
Post a Comment
Feel Free To Leave Some Traces :D